Indonesia, dengan beragam budayanya, menyimpan begitu banyak rahasia tradisional yang seringkali jarang dibahas secara terbuka. Salah satu rahasia tersebut adalah tradisi Gowok, sebuah praktik yang konon berasal dari Tiongkok dan telah lama ada di pulau Jawa. Meskipun dianggap tabu dan kontroversial, tradisi ini telah berperan dalam membentuk pandangan seksualitas dan pendidikan seks di kalangan masyarakat Jawa. Artikel ini akan membahas asal-usul tradisi Gowok, peran Gowok dalam pendidikan seksual, novel kontroversial yang membahasnya, dan apakah tradisi ini masih eksis di masa sekarang. Mari kita menjelajahi tradisi yang unik dan mengungkap rahasia yang jarang terungkap ini.
Asal Mula Nama Gowok
Tradisi Gowok konon dibawa oleh seorang wanita Tiongkok bernama Goo Wook Niang. Nama “Gowok” sendiri diambil dari nama Goo Wook Niang. Karena lidah orang Jawa saat itu agak sulit melafalkan nama lengkap Goo Wook, maka nama ini dipersingkat menjadi “Gowok.”
Peran Gowok dalam Pendidikan Seksual
Tugas seorang Gowok adalah memperkenalkan seluk beluk tubuh perempuan dan katuragan wanita kepada remaja laki-laki yang beranjak dewasa. Pada masa lalu, terdapat tradisi Jawa di mana remaja yang sudah dikhitan akan tinggal serumah dengan seorang Gowok. Gowok ini akan mengajari mereka berbagai hal yang terkait dengan cara membahagiakan perempuan secara lahir dan batin, termasuk urusan ranjang. Tujuannya adalah agar remaja ini kelak bisa membahagiakan istrinya.
Masa Nyantrik
Masa ini disebut “nyantrik” dan bisa berlangsung selama beberapa hari atau bahkan seminggu. Selama periode ini, sang remaja akan diajari bagaimana menjadi “lelananging jagad” yang sejati. Gowok tidak hanya mengajari soal urusan ranjang, melainkan juga berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga dan bagaimana cara memperlakukan istri dengan baik di masa yang akan datang.
Peran Orang Tua
Biasanya, seorang Gowok disewa oleh ayah dari anak remaja yang beranjak dewasa. Orang tua ingin memastikan bahwa putra mereka mendapat pendidikan yang cukup untuk menjadi suami yang siap dalam kehidupan pernikahan nanti. Dengan pengetahuan yang diberikan oleh Gowok, diharapkan sang pemuda tidak akan merasa malu saat menghadapi malam pengantin pertamanya.
Novel “Nyai Gowok”: Sebuah Kamasutra ala Jawa
Novel berjudul “Nyai Gowok” karya Budi Sardjono menciptakan banyak rasa penasaran. Dari judulnya saja, terlihat bahwa novel ini membahas tradisi Gowok dan seksualitas dalam konteks budaya Jawa. Novel ini berlatar kota Temanggung tahun 1955, dan mengisahkan peran Nyai Lindri, seorang Gowok, yang mendidik Bagus Sasongko menjadi lelaki sejati. Nyai Lindri mengajarkan berbagai hal yang berhubungan dengan cara memuaskan perempuan dan cara memperlakukan tubuh istri ketika sudah menikah. Novel ini memang membahas topik-topik “dewasa,” sehingga lebih cocok dibaca oleh mereka yang sudah menikah atau berumah tangga.
Kontroversi dan Kelangsungan Tradisi Gowok
Saat ini, masih diperdebatkan apakah tradisi Gowok masih dilestarikan atau telah menghilang. Meskipun ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa tradisi ini masih diimplementasikan di beberapa daerah terpencil, bentuknya mungkin lebih sopan dan sesuai dengan norma-norma saat ini. Pengaruh modernisasi dan perubahan budaya mungkin telah mempengaruhi kelangsungan tradisi ini.
Tradisi Gowok adalah salah satu aspek unik dalam budaya Jawa yang telah lama ada. Meskipun kontroversial, tradisi ini memberikan pandangan menarik tentang bagaimana pandangan seksualitas dan pendidikan seks di masa lalu. Mungkin saat ini lebih relevan untuk berfokus pada pendidikan seks yang lebih modern dan edukatif untuk membantu generasi muda memahami seksualitas dengan cara yang lebih sehat dan informatif.